Kota Tembakau *cenah*


What an unpredictable life, setelah 7 thn ga aktif nyanyi dalam kelompok besar (seringnya nge-band), aku dihadapkan pada ajakan temen2 alumni kampus untuk ikut kompetisi tingkat international di Jerman. Kelompok yang terbentuk melibatkan alumni dan mahasiswa almamaterku.

Singkat cerita, sampailah bulan Juli kita di Eropa, tepatnya Frankfurt sebagai tanah Eropa pertama yg terinjak *kayak t*hi ayam saja ha ha*. Meskipun Summer, temperaturnya ternyata masih sekitar 10-15 derajat, bad summer they said (tapi bagiku hal ini menguntungkan, karena aku jadi sempat merasakan suhu pada range ini).



Kita nginep di Etap Hotel (groupnya Accor Hotels: Novotel, Ibis, Mercure) di kota Bremen *kita ingetnya Bremen sebagai pusat tembakau dunia, inget waktu SD dulu kan?*. Etap adalah bangunan yang simple, modern, dan sepertinya dibangun menggunakan material yang knock-down *seminggu jadi, soalnya tinggal pasang doang*. Ga pernah aku lihat petugas2 hotel berkeliaran, kecuali si tante ramah yang melayani breakfast kita. Semuanya dibuat otomatis dan tersedia tanpa harus meminta bantuan siapapun asal tau cara menggunaknnya *disini byar orang mahal tentu saja, ga kaya di kita*.




Kamar2nya berkonsep minimalis, keperluan standar saja yang disediakan tanpa ornamen2 berlebihan, termasuk toilet yang juga tidak berkunci *naooon...*. Yang membuat kamar kita keluar dari konsep, tentu saja karena barang2 show, mie-gelas, saos, alat pemanas dan coffee yang kita bawa dari Indonesia, diberantakin begitu saja di kamar. Haus? Glek aja langsung dari kran *norak ya, padahal di kampus juga sekarang mah ada*. Pagi2nya anak2 pada ribut cerita: ‘eh eh gw tadi shower-an sambil minum lho…’ *duh, kampring, gw juga sih ha ha*.

Karena suhu di luar memang masih dingin, alat pemanas di kamar pasti selalu dihidupkan. Dan fungsinya berkembang menjadi area untuk menempatkan cucian kita di atasnya biar cepat kering *ide brilliant!! dasar!*.



Seminggu aku disini, di kota Bremen, termasuk konser di kota Hamburg, aku lewati hari2 yang sangat menyenangkan dan kualami secara Live! *ga hanya ngiler liat di buku doang he he*: menyusuri jalan2 kecil berbatu, menikmati bangunan2 tua yang terpelihara, menaiki tram (cable car, mirip kereta yang berkeliaran di kota) dari satu tempat ke tempat lain, dan tentunya aku bersama temen2 yang memiliki minat yang sama dalam bidang musik. Btw setelah kuinget2, mobil sedan yang seliweran disini hanya tiga merek saja *kasian*. Eit jangan salah, they are BMW, Audi dan Mercedez Benz saja sodara2! Wow! dan itu adalah mobil rakyat kalo disini, cenah *duh, jadi ga enak ati*.


Setelah berbagai show dan kompetisi yang kita lakukan di Jerman, kita berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Milan-Italy sebelum ke Paris-France. Tapi sangat disayangkan kita ketinggalan pesawat ke Milan (dari Hahn) *how come? hiks*. Akhirnya kita putuskan untuk langsung ke Paris, singgah di kota Saarbrucken dulu, dengan menggunakan bis. Ternyata Saarbrucken indah sekali, meskipun hanya bisa beberapa jam saja kita nikmatinya. Kereta tujuan Paris sudah menjemput, dan akhirnya berangkatlah kita menggunakan kereta tua yang akan membawa kita ke kota yang kata orang2 sangat romantis itu. Kereta ini kalo dilihat interiornya memang seperti yang suka kita lihat di film2 klasik di era 1940an, namun masih terlihat berkelas dan terawat. (isn)

bersambung...




2 komentar:

Ronn said...

Unpar kah? Musicanova?

Koim said...

thx for the comment, seneng kenalan. gw di Ganesha 10..