Nyasarrr@#$%&


Kota yang kita kunjungi di Italy adalah Venice. What a wonderful place ternyata sodara2! Bayangkan saja satu kota kecil yang sepenuhnya dikelilingi oleh air, dengan kendaraan utama gondola (kalo buat turis biasanya perahu kecil yang dihiasi, memiliki kursi sofa kecil dan ada yang main musik).


Btw, perjalanan ke Italy, kembali kita naik Ryan Air, dan udah ga aneh lagi dengan apa yang kita lihat, kali ini bukan Sarah Jessica Parker, tapi Jennifer Love Hewit ha ha ha.

Kembali tentang Venice, pastinya sangat jarang kota yang memiliki keunikan seperti ini, tapi aku pernah dengar ada yang serupa dengan ini di China, dan di Indonesia ada juga yang namanya pasar apung, di luar Jawa tentunya *kalo di Jakarta, banjir namanya ya? Ha ha ha*.



Pepatah kuno mengatakan *ngarang*: belum ke Venice kalo tidak nyasar! Emang bener, setelah kita titipkan barang2 berat kita di darat, kita menyusuri kota Venice untuk menemukan hostel kita. Dan ibarat sebuah puzzle, kita dibuat kelimpungan mencarinya, maklum jalan kaki dengan modal peta yang entah bener entah nggak dari toko cendramata. Pusiiing. Selama perjalanan menemukan hostel, kita menyusuri gang2 kecil, nyebrangin jembatan2 kecil, dan lihat public space yang ditengahnya ada air mancur *lebih seperti keran air sih*.


Setelah berjam-jam (tapi kita nikmatin juga soalnya banyak hal2 baru sepanjang perjalanan *apalagi kalo bukan souvenir dan manusia2 keren*), akhirnya kita menemukan hostel yang sudah kita booking by internet. Capek pisan, mengingat suhu juga lagi ga tanggung2: sekitar 40 derajat saja! Hostel ini juga bangunan tua *lagi2 aku senang*, dan yang menarik, ada satu kamar mandi yang pintunya bak memasuki sebuah istana, padahal cuman tempat nongkrong ama mandi tentunya ha ha ha.



Banyak karya besar arsitek di Venice ini, diantaranya St Maria Della Salute karya arsitekBaldassare Longhena (style baroque), Dodge’s Palace, dan juga San Giorgio Maggiore karya arsitek Italy Andrea Palladio.


Pizza disini harusnya paling enak yang pernah aku cicipi, jelas aja ini adalah tempat asalnya. Kadang kita makan rame2 sambil menyaksikan konser musik classic outdoor dari jauh (kalo deket, malu ama yang pake jas), tepatnya di Piazza San Marco, yang aslinya sebagai pusat administratif Venice.

Saat kita nongkrong disana, mungkin ada sekitar 3 panggung yang saling berjauhan, dan masing2 menampilkan pagelaran musik klasik yang memang musik tradisional mereka di area San Marco *kalo di Indonesia mungkin panggung dangdut kali ya ha ha ha*.

Ada jembatan yang sangat terkenal disini, namanya Rialto (tau film Merchant in Venice kan?), nah orang2 pada ngedatengin tempat ini, dan kita pun ga melewatkannya, meskipun menurutku biasa aja.
***


Tujuan selanjutnya adalah Salzburg, tapi kita ga bisa langsung dari Venice. Jadi kita lewat Munich dulu (balik ke Jerman euy). Munich atau Munchen kotanya sangat modern, disana ada juga area Olympia Park bekas Olympic Games yang fenomenal itu (inget film Munich ga?) yang dibangun dengan struktur kabel canggih pada saat itu.


Sempet juga kita mengunjungiMuseum BMW, alamaaak… ngiler liatnya. Setelah makan siang disana, dan tentunya ke pusat kota untuk lihat apakah uang kita cukup untuk berbelanja atau tidak ha ha ha, sorenya kita melanjutkan perjalanan ke Salzburg. (isn)
bersambung...



Hola...

Dengan menggunakan pesawat Ryan Air dari Paris, kita mengunjungi ke kota berikutnya: Barcelona (Girona Aeroport). Wow! Kota yang eksotis dan menakjubkan.

Sedikit tentang Ryan Air, aku ga habis pikir dengan nilai tiket yang dijual: 2 Euro saja! (memang ada tax sih 20 Euro, tapi itu kan pajak buat negara yang bukan penerimaan mereka). Setelah aku teliti lebih lanjut, memang ada hal2 yang tidak biasa dan diterapkan pada maskapai ini, lebih tepatnya efektifitas. Selain tidak ada tiket (karena pesan lewat internet), tidak ada nomor duduk, ga ada makanan gratis, juga tidak banyak melibatkan banyak petugas di bandara.

Aku sampe terheran-heran sekaligus geli, ceritanya gini, ketika pertama aku check-in dan menitipkan bagasi, aku lihat seorang petugas perempuan yang menerima dan mengurusnya, aku sangat ingat karena dia mirip sekali dengan Sarah Jessica Parker nya Sex and the City *dia pasti berbunga kalo baca ini ha ha ha*. Selanjutnya kita dipersilakan masuk ke ruang tunggu, siapa yanag buka pintunya? Miss Parker. Dan ketika naik ke pesawat, dia juga yang menyambut kami di pintu pesawat, mak! Setelah berebutan nyari tempat duduk, dan akhirnya menemukan tempat nyaman, selanjutnya pesawat take-off. Tak berselang lama aku dengar ada yang menawarkan Tea dan Coffee, dan aku lirik siapa yang berteriak begitu kencang di pesawat, Miss Parker lagi! Ha ha ha ternyata sangat efisien Ryan Air mempekerjakan orang ya *untung bukan dia yang nyetir!*. Btw untuk penerbangan kelas Eropa, aku yakin savety factor nya tidak akan dikurangi atau diabaikan.


Waktu kita nyari2 rute perjalanan ke hostel, kata pertama yang aku dengar dari penduduk sini adalah HOLA (baca: ola) *artinya halo kali ya*. Perjalanan jauh nenteng2 travel bag *yang tanpa isi aja 10kg!*, belum lengkap rasanya, ketika akhirnya kita tahu kamar yang sudah kita booking by internet ada di lantai 5 tanpa lift!!! *^%$&#&@*. Hostel ini merupakan bagian dari jajaran banguna tua di belakang area La Rambla, yang merupakan pedestrian besar yang di kiri-kanannya banyak pusat perbelanjaan, street café dan street art performance di Barcelona, (menurut temenku La Ramblas artinya sungai kering *teuing*). Hostel ini sangat mengingatkan pada rumah2 kelas bawah di Telenovela (tapi bersih kok), apalagi kita disambut oleh seorang perempuan yang berdandan ala Maria Mercedez di lantai dasar, dengan pongah *bukan ompong di tengah, tapi agak judes lah* dia menunjukkan tempat yang kita tanyakan, tentunya dia menjawab dengan memakai bahasa Spanyol *iya deh ngerti, yg penting dia nunjuk ke atas*.



Tentu saja kita tidak akan melewatkan tempat2 menarik yang ada di kota ini. Sagrada Familia, bangunan yang tingginya 100m ini dirancang oleh arsitek Spain ternama Antoni Gaudi yang memiliki ciri sangat khas dalam karya2nya. Lihat saja bagaimana dia menggabungkan neo-gothic dengan art nouveau, mosaic-covered sebagai dekorasi dan bentuk2 yang organic yang kadang mengekspresikan bentuk yang menjijikan bagi orang2 awam, seperti di Casa Batlo dan Casa Mila. Park Guell, merupakan taman yang tidak biasa tapi sangat menarik, adalah juga karya arsitek Gaudi.


Ada dataran tinggi di kota ini, dimana kita bisa lihat pemandangan ke arah seluruh Barcelona dari sana, namanya Parc D’Atraccions Tipidabo, amazing! Kita naik ke atasnya pake funicular, dan pemandangannya unforgetable pastinya.


Sempet juga kita lihat2 ke area Castell de Montjuic, bangunan yang didirikan pada 1640, dan terkenal sebagai tempat dataran tinggi untuk melihat view secara sempurna ke kota Barcelona. Dekat area ini ada juga Estadi Olympic, sebuah stadion sepakbola yang direstorasi ulang untuk pergelaran akbar Olympiade 1992 Barcelona. Masih banyak tempat2 yang kita singgahi disini, seperti jalan2 sempit tempat penjual cendramata (kebanyakan bertema mosaic), taman kota dan bangunan pemerintahan yang masih menggunakan bangunan tua yang telah direhab tanpa menghilangkan ciri khasnya *kembali aku sampaikan penghargaan buat arsitek2 yang telah melakukan pelestarian bangunan2 tua*. Btw fashion shop MANGO bertebaran dimana2 (eh apa di Paris ya?), dimana setiap melihat toko ini, para perempuan seperti kesurupan untuk tidak melewatkan barang2 murah berkualias yang di Jakarta bisa dua kali lipat harganya, cenah. (isn)
bersambung...


Bonjour!


Sampailah kita di Paris, dan sekaranglah baru kita rasakan Summer yg sesungguhnya, sekitar 30 derajatan lah (sama spt Jakarta). Paris, kota yang menjanjikan aura eksotis dan trend fashion terkini, benar adanya.


Yang paling terkenal tentu saja Eiffel Tower yang fenomenal itu, apalagi ketika malam hari, tower ini dihiasi lampu2 yang berkilau. Eiffel dirancang oleh French engineer Alexandre-Gustave, dan dibangun tahun 1889. Ada suatu kejadian di area menara Eiffel ini (bagi kita lucu dan lelucon ga mutu, karena sering terjadi di Jakarta): ada ancaman bom saat kita berada disana *???*. Kenapa ancaman ini selalu mengikuti kita ya, orang Indonesia, ga di Jakarta ga di Paris, teuteup. Akhirnya dengan penuh kesigapan polisi setempat, mereka menginformasikan untuk menjauhi dari tower. Oya kita beruntung *orang Indonesia selalu untung walaupun dalam kondisi kesusahan*, sebelum kejadian ini kita sempat ngamen sambil menjajakan CD rekaman lagu-lagu kita disana, wah pengalaman seru sekali!.



Dengan menggunakan Batobus (kendaraan air seperti feri, yang biasa dipakai turis2 disini), kita bisa mengunjungi berbagai point of interest di Paris. Salah satunya Louvre Pyramid karya arsitek ternama I.M. Pei, yang selesai dibangun pada tahun 1989, sebuah karya yang kontroversial. Dia menggunakan piramid dari gelas sebagai entrance ke museum yang kental dengan style jamannya saat itu, kontras sekali.




Ga kalah bagus, bangunan Notre Dame Cathedral yang selesai dibangun thn 1250, yaitu sebuah gereja tua yang juga menjadi setting kisah terkenal Hunchback. Style architecturenya lebih ke Gotik.




Ada juga yang namanya Basilique du Sacre-Coeur yang berada di bukit Montmartre, dataran tertinggi di Paris. Pemandangan ke arah bawah sangat menakjubkan. Naiknya kesana ga perlu repot2, kita bisa menggunakan kendaraan khusus seperti lift yang ditarik menggunakan kabel yang digerakan oleh mesin: Funicular.




Arc de Triomph yg terinspirasi dari Arc Constantine di Rome, merupakan landmark utama di Paris. Bangunan ini menghubungkan ke jalan2 utama di Paris, salah satunya area shopping center yang merupakan surga bagi pecinta product2 branded: Avenue Des Champs Elysees.




Tak kalah menarik: Centre Georges Pompidou *dulu waktu kuliah aku terheran2 melihat gambar bangunan dengan konsep seperti ini*, bangunan yang menampilkan kejujuran struktur, karena bisa kita lihat dengan jelas pipa2 warna-warni, eskalator yang terekspos serta ornamen2 fungsional lainnya yang dapat terlihat langsung dari luar. Sungguh bangunan yang modern, unik dan menarik. Bangunan yang didirikan thn 1977 ini merupakan modern art museum, juga tempat untuk exhibitions dan pertunjukan theatres.




Ada area yang benar2 modern yang diciptakan kota ini, yaitu La Defense. Tempat yang mulai dibangun thn 1958 ini merupakan area untuk perkantoran, apartemen, shopping mall dan hotel. Disana ada juga bangunan monumental: Grande Arche, bangunan menyerupai Arch tanpa ornament dekoratif, didesain oleh arsitek Johann Otto Von Sprekelsen dan selesai dibangun pada thn 1989. Beruntung aku sempat menginap di apartemen temenku di kawasan ini, pemandangannya sangat menakjubkan, melihat Paris dari atas sepanjang malam. Area La Defense ini bener2 berbeda dengan kota lama di Paris, benar2 mereka menghargai suatu perubahan jaman, tak sedikitpun mereka melukai sejarah.


Masih banyak yang aku kunjungi, disamping street cafe nya, souvenir shop, jalan2 menggunakan Metro (kendaraan yang bisa mengangkut ribuan orang di jalur bawah tanah kota atau dikenal sebagai subway) dan tentu saja gedung pertunjukan paling terkenal Moulin Rouge, meskipun hanya lihat bangunannya saja. 4 hari di Paris, meskipun belum puas, akhirnya kita harus melanjutkan ke tempat lain yang tentu saja tak akan kalah seru dan menarik. Berangkat dari Beauvais, kita menuju Girona. (isn)

bersambung...


Kota Tembakau *cenah*


What an unpredictable life, setelah 7 thn ga aktif nyanyi dalam kelompok besar (seringnya nge-band), aku dihadapkan pada ajakan temen2 alumni kampus untuk ikut kompetisi tingkat international di Jerman. Kelompok yang terbentuk melibatkan alumni dan mahasiswa almamaterku.

Singkat cerita, sampailah bulan Juli kita di Eropa, tepatnya Frankfurt sebagai tanah Eropa pertama yg terinjak *kayak t*hi ayam saja ha ha*. Meskipun Summer, temperaturnya ternyata masih sekitar 10-15 derajat, bad summer they said (tapi bagiku hal ini menguntungkan, karena aku jadi sempat merasakan suhu pada range ini).



Kita nginep di Etap Hotel (groupnya Accor Hotels: Novotel, Ibis, Mercure) di kota Bremen *kita ingetnya Bremen sebagai pusat tembakau dunia, inget waktu SD dulu kan?*. Etap adalah bangunan yang simple, modern, dan sepertinya dibangun menggunakan material yang knock-down *seminggu jadi, soalnya tinggal pasang doang*. Ga pernah aku lihat petugas2 hotel berkeliaran, kecuali si tante ramah yang melayani breakfast kita. Semuanya dibuat otomatis dan tersedia tanpa harus meminta bantuan siapapun asal tau cara menggunaknnya *disini byar orang mahal tentu saja, ga kaya di kita*.




Kamar2nya berkonsep minimalis, keperluan standar saja yang disediakan tanpa ornamen2 berlebihan, termasuk toilet yang juga tidak berkunci *naooon...*. Yang membuat kamar kita keluar dari konsep, tentu saja karena barang2 show, mie-gelas, saos, alat pemanas dan coffee yang kita bawa dari Indonesia, diberantakin begitu saja di kamar. Haus? Glek aja langsung dari kran *norak ya, padahal di kampus juga sekarang mah ada*. Pagi2nya anak2 pada ribut cerita: ‘eh eh gw tadi shower-an sambil minum lho…’ *duh, kampring, gw juga sih ha ha*.

Karena suhu di luar memang masih dingin, alat pemanas di kamar pasti selalu dihidupkan. Dan fungsinya berkembang menjadi area untuk menempatkan cucian kita di atasnya biar cepat kering *ide brilliant!! dasar!*.



Seminggu aku disini, di kota Bremen, termasuk konser di kota Hamburg, aku lewati hari2 yang sangat menyenangkan dan kualami secara Live! *ga hanya ngiler liat di buku doang he he*: menyusuri jalan2 kecil berbatu, menikmati bangunan2 tua yang terpelihara, menaiki tram (cable car, mirip kereta yang berkeliaran di kota) dari satu tempat ke tempat lain, dan tentunya aku bersama temen2 yang memiliki minat yang sama dalam bidang musik. Btw setelah kuinget2, mobil sedan yang seliweran disini hanya tiga merek saja *kasian*. Eit jangan salah, they are BMW, Audi dan Mercedez Benz saja sodara2! Wow! dan itu adalah mobil rakyat kalo disini, cenah *duh, jadi ga enak ati*.


Setelah berbagai show dan kompetisi yang kita lakukan di Jerman, kita berencana untuk melanjutkan perjalanan ke Milan-Italy sebelum ke Paris-France. Tapi sangat disayangkan kita ketinggalan pesawat ke Milan (dari Hahn) *how come? hiks*. Akhirnya kita putuskan untuk langsung ke Paris, singgah di kota Saarbrucken dulu, dengan menggunakan bis. Ternyata Saarbrucken indah sekali, meskipun hanya bisa beberapa jam saja kita nikmatinya. Kereta tujuan Paris sudah menjemput, dan akhirnya berangkatlah kita menggunakan kereta tua yang akan membawa kita ke kota yang kata orang2 sangat romantis itu. Kereta ini kalo dilihat interiornya memang seperti yang suka kita lihat di film2 klasik di era 1940an, namun masih terlihat berkelas dan terawat. (isn)

bersambung...